Film-film Kuda Lumping – Gunung Sari (Menoreh)

Film-film Kuda Lumping – Gunung Sari (Menoreh)

Rapat dengan tuan rumah Merti Jiwo (sedulur-sedulur muda dusun Keceme) dan Cagar Urip Samigaluh untuk persiapan Merti Jiwo. Pada kesempatan ini pak Eko Purnomo (kepala dusun) mengungkapkan bahwa di dusunnya ada kelompok seni jathilan bernama Gunung Sari.

Ada kisah mirip dengan anak-anak sanggar Bangun Budaya dari lereng Merapi, anak-anak Keceme juga cuman menelan alr liur kegabutan saat saat awal pandemi. Mereka tidak dapat melakukan aktivitas seni Setahun pendaman tersebut mengganggu kalbu, akhirnya mereka berlatih untuk melemaskan otot dan menyegarkan pikiran.

Satu masalah teratasi, masalah kedua menghadang, kapan mereka bisa mementaskannya karena di sana-sini lagi sepi undangan. Pandemi sangat berpengaruh pada perekonomian. Hal ini tentunya klop dengan aktivitas Tlatah Bocah untuk melibatkan anak-anak dalam pembangunan melalui laku seni yang telah ditekuni sejak kakek-nenek. Langsung saja kami lobi supaya kelompok seni ini berkenan mengisi Merti Jiwo juga, Alhamdulillah gayung pun bersambut.

Mereka mewarisi darah juang P. Diponegoro. Hebatnya lagi, meskipun anggotanya berasal dari dua provinsi berbeda (DIY & Jateng) namun setiap saat mereka bisa lintas batas dalam sekejap. Usai ritual Ringin Gendong, anak-anak sudah bersiap pentas. Kelompok kesenian ini adalah milik dan kebanggaan dusun setempat. Anggotanya terdiri dari anak sampai orang tua. Meskipun Keceme terletak di provinsi DI Yogyakarta, namun anggotanya juga berasal dari Jawa Tengah. Hal ini disebabkan dusun ini terletak di perbatasan kedua provinsi tersebut.

Puncak Suroloyo sebagai ikon ritual juga menjadi perebutan wilayah kedua provinsi tersebut. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengklaim wilayah tersebut semenjak kekuasaan Mataram Islam. Uniknya, mbah Gugel yang lama di Amerika pun ikut cawe-cawe dengan memasukkannya ke wilayah Jawa Tengah.

Kuda lumping ini yang ditampilkan dalam pentasan ini merupakan sekuel dari jathilan. Kuda lumping sangat populer di kawasan Kedu dan D.I. Yogyakarta. Namun demikian, penampilan dan ceritanya bisa berbeda-beda. Di daerah Kedu dan D.I. Yogyakarta berkisah tentang kepahlawanan Pangeran Diponegoro yang digambarkan dengan pasukan berkudanya. Kuda lumping pada kesenian Reog Ponorogo merupakan prajurit berkuda (kebanyakan) perempuan dari Raja Kelana Suwandana. Sedangkan pada kesenian Soreng, prajurit berkuda yang disajikan dalam bentuk kuda lumping tersebut merupakan tentara kerajaan Jipang Panulang yang dipimpin oleh Harya Penangsang.

Demikian juga bentuk kuda lumping dan gerakannya mempunyai perbedaan-perbedaan.

Semoga jathilan anak-anak Gunung Sari terus terlibat dalam merti-merti yang lain.

AGENDA LAIN

Festival
Tandang Tandur
Ceritaku
Rejeban
Pameran
Merti Jiwo

tlabo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *